Rabu, 16 Juni 2010

AUTIS

Saya Melakukannya Dengan Cara Saya Sendiri melawan Autism.
Dan saya akan memberitahukannya kepada anda.
Satu persatu.
Kasus per kasus.
Berikut salah satu contoh kejadian nyata :
Haruskah saya merasa senang atau merasa ngeri menyaksikan putera saya yang saat itu baru berusia 2 tahun, ya, DUA TAHUN mampu mendorong mobil Chevy pick up sejauh beberapa meter ? Sedangkan berat mobil itu sendiri sekitar 1.500 kg. Ditambah muatan sekitar 300-350 kg didalam baknya.
Saya sedang menceritakan putera saya, bukan Clark Kent alias Superman.
Bagaimana caranya mengontrol energi anak Autis yang seolah tak terbatas itu ?
• Siapa bilang bahwa itu adalah energi milik mereka sendiri ?
• Anak kecil berumur dibawah 10 tahun memiliki energi sebesar itu ?
Bagaimana jawaban anda atas pertanyaan berikut :
“SIAPA yang menguasai dan mengontrol kesadaran anak-anak itu?”
Bagaimana caranya menghentikan tantrum ?
Pastikan putera/i anda tidak melakukannya :
1. Membentur-benturkan dahi atau sisi kepala ke tembok.
2. Memukuli dadanya sendiri dengan sekeras-kerasnya.
Itulah definisi saya tentang “tantrum”.
Saya pernah menyaksikan kejadian nomor 2 secara langsung. Seorang anak laki memukuli dadanya sendiri sedemikian keras sehingga suaranya persis yang ditimbulkan oleh karung pasir yang dipukul sekuat tenaga oleh seorang petinju.
Lebih mengejutkan lagi keterangan dari sang ayah. Anak laki itu bisa melakukannya sepanjang hari tanpa bisa dicegah. Yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa tidak ada luka ataupun memar yang diakibatkan oleh kejadian itu. Bagaimana logikanya ?
Maaf, boleh saya jelaskan sekali lagi bahwa saya melihat kasus Autis dari sudut pandang saya. Dari ketinggian yang bisa saya capai. Boleh kan ?
Abnormal ?
Menggelikan ?
Menganggap enteng permasalahan ?
Para pembaca yang budiman, silahkan anda yang menilai.
Tentu ada baiknya kalau kita diskusikan lebih lanjut penilaian anda itu.

Seputar Autisme
I. PENGERTIAN
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri "Isme"yang berarti suatu
aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3
tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20%
dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu (savant)
Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
Apa Penyebab Autistik?
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada
terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autistik yang mirip
dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga atau
dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu
terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
II. KARAKTERISTIK
Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
- Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
- Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
- Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
- Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang
lain
- Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
- Senang meniru atau membeo (echolalia)
- Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya
- Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal)
sampai usia dewasa
- Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya
bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
- Penyandang autistik lebih suka menyendiri
- Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
- Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
- Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
- Ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak - gerik sangat kaku, tidak ada timbal balik sosial
atau emosional, tidak memiliki ekspresi emosional terlihat bagaimana ekspresi wajahnya
biasa saja ketika bertemu ibunya ataupun ketika digendong oleh bapaknya
3. Gangguan sensoris:
- sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
- senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
- tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
- Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
- Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
- tidak kreatif, tidak imajinatif
- tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
- senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
- dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana
5. Perilaku:
- Dapat berperilaku hiperaktif ataupun hipoaktif
- Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke
pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
- tidak suka pada perubahan
- Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
- Minat dan aktivitas yang terbatas
6. Emosi:
- sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
- temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan
keinginannya
- kadang suka menyerang dan merusak, terutama ketika merasa terancam
- Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
- Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
III.THERAPI
Penderita Autisme biasanya dirawat dan disekolahkan dalam sekolah khusus anak autisme.
Meskipun anak autis tidak bisa disembuhkan secara sempurna, namun anak tersebut dapat
dilatih agar mampu hidup mandiri. Pendidikan yang diberikan pada sekolah khusus tersebut
umumnya menekankan pada pemberian stimulasi melalui terapi – terapi (psikoterapi) sehingga
anak dapat mengadakan kontak sosial dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang
abnormal. misalnya dengan teori penguatan perilaku yaitu memberikan sesuatu yang disukai
anak (buku puzzle) dengan syarat dia mau bergabung kembali dengan kelasnya, ataupun Guru
jika di sekolah yang mengingatkan anak untuk menatap matanya.
Keluarga juga sangat berperan dalam melakukan terapi perilaku. Kesabaran dan ketekunan
orang tua untuk berusaha menerima dan memberi stimulasi dengan kata – kata, ataupun dengan
memberikan kasih sayang seperti selalu memeluk anak sampai tertidur.
Umumnya terapi – terapi yang digunakan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala-nya,
beberapa jenis terapi yang biasa diberikan pada penderita autisme yaitu:
-Terapi Edukasi,
Dengan memberinya pendidikan kognitif secara sederhana dan praktis seperti membaca,
menulis atau mengenalkan benda tertentu, anak diberi kumpulan kartu yang berisi gambar dan
nama – nama orang disekitarnya, serta hal – hal yang perlu diperhatikan, misalnya gambar oven
dengan tulisan hati – hati ini panas atau jangan bicara dengan orang asing.
- Terapi Okupasi
yaitu dengan melatih gerakan motorik otot - ototnya, misalnya dengan melepas baju, atau
menaruh tas. misal melatih anak membuat minuman sendiri, yaitu membuka bungkus minuman,
lalu mengaduknya, walaupun anak belum bisa mengambil sendiri jenis minuman tersebut.
-Terapi Bicara,
yaitu pemberian stimulus tertentu yang mendorong anak untuk berbicara. Contohnya tiap kali
pulang dan masuk rumah selalu berkata “Mami, saya sudah pulang”, tidak peduli ada atau tidak
ibunya di tempat itu.
-Terapi obat-obatan,
yaitu dengan memberikan obat yang menurunkan hiperaktifitas, sterotipik, menarik diri,
kegelisahan, dan afek yang labil. Contohnya obat penenang (sesuai dosis)
-Terapi Makanan,
yaitu dengan memberikan gizi yang cukup pada makanan-nya agar perkembangan sel tubuh
tidak terganggu.
Autisme memang tidak dapat disembuhkan secara total, namun demikian diharapkan semakin
dini dalam penanganan penderita autisme semakin besar kesempatannya untuk dapat
berperilaku normal, mandiri dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar